Sabtu, 20 Juli 2013

Pahlawan KALBAR


Rahadi Oesman


Rahadi Osman merupakan seorang pejuang kemerdekaan dari Kalimantan Barat. Ia lahir pada tanggal 1 Agustus 1925 di Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat dari pasangan suami-istri bernama Ismail Osman dan Sutinah Harjo Soegondho. Keluarga Ismail Osman dikaruniai tujuh orang anak. Pada mulanya, Rahadi Osman diberi nama Abdul Syukur atau dengan nama kecil sering dipanggil ”Tjong”. Abdul Syukur merupakan nama pemberian kakek dari ayahnya yang bernama Haji Osman bin Walhidin yang berasal dari Yogyakarta. Tetapi kemudian, oleh kakek dari sebelah ibunya memberi nama Rahadi Osman dan akhirnya jadilah nama tersebut seperti nama yang kita kenal sampai saat ini.
Rahadi Osman merupakan putra pertama dan satu-satunya anak laki-laki yang lahir dalam keluarga Ismail Osman. Saudaranya yang lain adalah Rahajoe Osman, Rahajeng Rachman Arif, Rahasri Ibrahim Saleh, Rahapik Badra, Rahaloes Rusadi dan Rahani A. Syafei. Ayah Rahadi Osman merupakan seorang pengusaha yang ternama. Ia pernah duduk sebagai sekretaris dalam organisasi Persatuan Anak Borneo (PAB) Kalimantan Barat yang pada saat itu ketuanya Raden Muslim Nalaprana yang dibantu oleh Gusti Putra sebagai pemimpin pemuda. Pada waktu Jepang berkuasa di Kalimantan Barat, Ismail Osman termasuk orang yang ditangkap oleh tentara Jepang. Setelah ditangkap oleh tentara Jepang, Ismail Osman tidak diketahui lagi keberadaannya. Kemungkinan Ismail Osman telah dibunuh oleh Jepang.
Rahadi Osman memiliki perawakan tubuh yang besar, tinggi, tegap dan berkacamata. Kepribadian, gaya hidup dan penampilannya sederhana. Ia Pertama-tama mengenyam pendidikan di Europesche Langere School (ELS) di Pontianak. Sekolah ELS adalah sekolah setingkat dengan sekolah dasar yang khusus bagi anak-anak Eropa. Di samping itu, kepada anak-anak pembesar pribumi juga diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan di ELS. Bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Belanda sehingga sudah sepantasnya apabila Rahadi Osman dapat menggunakan bahasa Belanda. Ia dapat bersekolah di ELS karena tidak terlepas dari peranan dan kedudukan orang tuanya, Ismail Osman, yang pada waktu itu termasuk orang yang sukses dalam dunia usaha percetakan dan juga sering berhubungan dengan pejabat pemerintah Hindia Belanda yang memerlukan jasa perusahaannya. Ia termasuk anak yang rajin dan berprestasi. Ia dapat menyelesaikan sekolahnya di ELS dengan baik selama tujuh tahun (1930 – 1937), sesuai dengan waktu yang ada dalam kurikulum sekolah itu.
Setelah tamat dari ELS, pada tahun 1937 ia melanjutkan pendidikannya ke Hongere Burgerlijke School – Koning Willem III (HBS – K.W. III) selama lima tahun di Jakarta. Sejak ia menuntut ilmu di HBS, ia aktif sebagai anggota dalam organisasi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) di Jakarta. Kegiatan organisasi KBI adalah untuk membangkitkan rasa kebangsaan bagi pemuda-pemuda Indonesia. Selanjutnya Rahadi melanjutkan pendidikannya ke Geneeskundinge Hoge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pada zaman Jepang sekolah ini bernama Ika Dai Ghaku dan pada saat sekarang sekolah ini bernama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang terletak di Jalan Salemba Jakarta. Selama kuliah di sekolah kedokteran di Jakarta, ia melakukan berbagai pengabdian untuk bangsanya. Sebagai tanda bukti pengakuan dari pengabdiannya, nama Rahadi Osman tercantum pada urutan pertama dalam sebuah batu prasasti yang ada di ruang sebelah kiri gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selama di Jakarta, ia pernah tinggal di Asrama Prapatan 10 Jakarta. Asrama ini merupakan asrama mahasiswa kedokteran Jakarta yang biasa digunakan sebagai pusat kegiatan pemuda pelajar dan mahasiswa pada saat-saat menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Asrama tersebut sebagai markas gerakan bawah tanah dalam menyusun kegiatan dan strategi perjuangan. Oleh karena itu, pada zaman Jepang tempat tersebut selalu mendapat pengawasan.
Rahadi Osman juga bergabung dalam gerakan pemuda Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni. Pada tanggal 15 Agustus 1945, dalam perang Asia Timur Raya Jepang menyerah kalah kepada Sekutu. Meskipun demikian, Jepang masih tetap bersikap keras terhadap bangsa Indonesia. Para pemuda pejuang yang menginginkan bangsa Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan Jepang kemudian mengadakan rapat untuk membicarakan persiapan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Rapat tersebut antara lain dihadiri oleh Adam Malik, Wibowo, Djohar Noor, Dick Soedarsono, Ali Akbar, Rahadi Osman dan Ridwan. Rapat yang kedua pada keesokan harinya dihadiri antara lain oleh Syahrir, Darwis, Ridwan, Chaerul Saleh, Eri Sadewo dan lain-lain.
Rapat yang kedua pada tanggal 16 Agustus 1945 tersebut menghasilkan keputusan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 akan dilangsungkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah teks proklamasi dikumandangkan, para pemuda pejuang segera menyebar ke seluruh kota di Indonesia untuk mempropagandakan teks proklamasi. Berita proklamasi juga akan disiarkan melalui radio dari studio radio di Jakarta. Hasil keputusan rapat lainnya adalah akan dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dikemudian hari berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Setelah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada hari itu juga, Chairul Saleh memerintahkan Des Alwi, Ridwan dan Rahadi Osman membawa teks proklamasi untuk disiarkan melalui studio radio Jepang yang ada di Jakarta. Pekerjaan Rahadi Osman dan teman-temannya tersebut penuh dengan tantangan karena di dalam dan sekitar lokasi studio radio selalu ada serdadu Jepang yang berjaga-jaga. Melalui usaha keras, akhirnya teks proklamasi berhasil dibawa ke dalam studio radio Jepang dan warta berita teks proklamasi berhasil disiarkan pada jam 1 siang tanggal 17 Agustus 1945.
Dengan menyadari arti penting perjuangan kemerdekaan, Rahadi Osman cepat mengerti akan situasi dan keadaan. Kehancuran Republik berarti kembalinya penjajahan di bumi Indonesia. Oleh karena itu, Rahadi Osman menerjunkan diri bersama teman-teman dan lapisan masyarakat dalam kancah perjuangan mempertahankan proklamasi.
Sebagai langkah pertama perjuangannya di Kalimantan Barat, pada awal bulan Oktober 1945, Rahadi Osman dan teman-teman seperjuangannya menggabungkan diri dalam Palang Merah Indonesia (PMI). Pemakaian nama PMI ini hanya suatu siasat saja untuk memudahkan Rahadi Osman dan teman-temannya sampai di Kalimantan Barat. Usaha tersebut mendapat restu dan persetujuan dari Pangeran Muhammad Noor, yang menjabat sebagai Gubernur Kalimantan pada waktu itu. Sebelum pergi ke Kalimantan Barat, atas rekomendasi dari Ir. P. Muhammad Noor, Rahadi Osman dan rombongan diminta untuk menghadap Menteri Pertahanan Mr. Amir Syarifuddin. Rahadi Osman dan Machrus Effendi kemudian pergi menghadap Mr. Amir Syarifuddin yang pada waktu itu selain menjabat sebagai Menteri Pertahanan dalam kabinet Soekarno juga menjabat sebagai Menteri Penerangan. Setelah mereka menguraikan maksud dan tujuannya untuk berangkat ke Kalimantan Barat maka Mr. Amir Syarifuddin menyetujui dan memberikan sebuah mandat yang berisikan : “Boleh mempergunakan senjata dan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta membentuk pemerintahan setempat”.
Selanjutnya, menjelang pertengahan bulan November 1945, sebanyak 30 orang pemuda telah dipersiapkan untuk berjuang ke Kalimantan Barat. Pemuda-pemuda tersebut tidak hanya berasal dari Kalimantan Barat saja, tetapi ada yang berasal dari Jawa dan Sumatera. Namun rencana keberangkatan ekspedisi pejuang ini tidak terlaksana karena pasukan Belanda tidak mengizinkan keberangkatan kapal motor rombongan ekspedisi dari Tanjung Priok ke Kalimantan Barat. Karena keberangkatannya dihalang-halangi dari Jakarta, Rahadi Osman dan teman-teman seperjuangan akhirnya memilih jalan melalui Pelabuhan Tegal menuju Kalimantan Barat. Tepat pada tanggal 23 November 1945, jam 16.00 Wib, dari Pelabuhan Tegal diberangkatkan dua buah perahu kapal motor. Kapal Motor pertama bernama “Sri Kayung” yang ditumpangi oleh Rahadi Osman dan rombongan sebanyak 43 orang. Kapal ini diarahkan menuju Ketapang, sedangkan perahu yang satunya lagi diarahkan menuju Pontianak. Adapun perlengkapan yang dibawa terdiri dari : satu buah radio pengirim, satu buah radio penerima, beberapa peti alat penerangan, lima pucuk pistol, dua buah granat tangan buatan Jepang, yang ternyata rusak dan tidak boleh dipergunakan serta sejumlah parang.
Keberangkatan rombongan ekspedisi ini dilepas oleh Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor dan pada waktu pemberangkatannya, Gubernur memberikan petuah kepada rombongan, yang bunyinya antara lain : “Saya bangga terhadap keinsyafan dan kesadaran yang saudara-saudara miliki, padahal saya tahu bahwa di seberang (maksudnya di Kalimantan), saudara berjuang menyabung nyawa, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan sesuatu imbalan dari pemerintah. Tetapi insya Allah, perjuangan maupun pengorbanan saudara tidak sia-sia. Selamat jalan dan selamat berjuang”.
Setelah mendengar petuah tersebut, sebagai komandan, Rahadi Osman tampil sambil berkata : “Apa yang kami lakukan sekarang ini adalah hanya sekedar menunaikan tugas dan kewajiban. Kami sudah terpanggil melaksanakan ini, karena hal ini merupakan aspirasi rakyat dari rakyat yang telah merdeka dan berdaulat. Kami hanya ingin doa restu, semoga perjuangan kami berhasil sebagaimana yang kami harapkan”.
Keberangkatan rombongan Rahadi Osman ini merupakan pasukan ekspedisi pertama yang secara resmi dikirim oleh pemerintah Republik Indonesia ke Kalimantan dalam usaha mengemban tugas-tugas tertentu demi negara. Rombongan yang berjumlah 43 orang ini dipimpin oleh Rahadi Osman sebagai komandan dan Machrus Effendi sebagai kepala staf serta dibantu oleh tiga orang asisten, yaitu Abdul Kadir Kasim, Jafar Said dan A. Tambunan. Sedangkan anggota pasukan lainnya, antara lain tercatat nama Gusti Usman Idris, Haji Abdul Kadir, Rahat Lumbanpea, Soeminta, Tarmizi Arsyad, Hasan Thalib dan lain sebagainya.
Pada tanggal 30 November 1945, rombongan Rahadi Osman berhasil mendarat di pantai kampung Sungai Besar, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang. Setibanya rombongan di Sungai Besar, mereka diterima dan disambut baik oleh kepala kampung Sungai Besar yang bernama Haji Abdul Rahim Saleh. Seluruh anggota rombongan ditempatkan di sebuah pondok yang berjarak sekitar 2 km dari kampung Sungai Besar. Berdasarkan informasi dari Haji Abdul Rahim Saleh, Rahadi Osman dan rombongan mengetahui bahwasanya kota Ketapang telah diduduki oleh pasukan Belanda yang datang dari Pontianak.
Rahadi Osman kemudian memutuskan kampung Sungai Besar ditetapkan sebagai markas pertahanan sementara bagi pasukan Rahadi Osman. Keputusan tersebut didukung oleh rombongan pasukannya dan penduduk disekitar kampung Sungai Besar. Rahadi Osman dan teman-teman seperjuangannya segera menyusun strategi untuk menghadapi Belanda di Ketapang. Akan tetapi akhirnya Belanda mengetahui adanya aktivitas pejuang yang akan menentang Belanda di Ketapang.
Setelah mengetahui markas persembunyian Rahadi Osman dan teman-teman seperjuangannya, Belanda mulai melakukan penyerangan secara tiba-tiba. Serangan ini menimbulkan kepanikan terhadap anggota pasukan Rahadi Osman. Hal ini terjadi karena ketiadaan senjata untuk menghadang musuh dan ditambah lagi dengan kurangnya pengalaman dalam bertempur. Dalam serangan itu, Belanda kehilangan 3 orang pasukannya. Belanda semakin menekan pasukan Rahadi Osman hingga mengakibatkan Rahadi Osman gugur tertembak. Pasukan Rahadi Osman yang tersisa kemudian mengundurkan diri ke Pulau Bawal.
Sungguh mulia perjuangan Rahadi Osman. Ia tewas akibat tertembak oleh pasukan Belanda dalam pertempuran di Sungai Besar Ketapang. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 7 Desember 1945 di daerah Sungai Besar, Kabupaten Ketapang. Lokasi ini letaknya sekitar 18 kilometer dari kota Ketapang. Setelah mendengar berita meninggalnya Rahadi Osman, ibu dan adik-adiknya merasa terkejut seakan-akan tidak percaya. Tetapi setelah si pembawa berita berhasil memperlihatkan gagang bekas kacamata Rahadi Osman, barulah ibu dan adik-adiknya yakin. Berita meninggalnya Rahadi Osman menambah duka cita ibu dan adik-adiknya karena belum lama sebelumnya, ayah mereka Ismail Osman telah ditangkap Jepang dan belum diketahui bagaimana nasibnya.
Menurut keterangan dari pihak keluarga dan masyarakat setempat, jasad Rahadi Osman yang tewas bersimbah darah itu tetap tergeletak di tempat ia tertembak sampai malam hari. Pada saat itu, tidak seorangpun dari teman seperjuangan atau rakyat setempat yang berani untuk mendekati mayatnya apalagi untuk mengangkatnya, karena pasukan Belanda selalu mengawasi tempat tersebut. Kemudian baru pada malam harinya di saat pasukan Belanda pergi, jenazah Rahadi Osman berhasil diangkat dan dikebumikan di Sungai Besar. Pada masa hidupnya, Rahadi Osman pernah mengatakan bahwa apabila ia tewas dalam pertempuran, permintaannya adalah agar ia dikubur di tempat tetes darahnya yang terakhir. Dengan alasan tersebut, maka jasad Rahardi Osman dikuburkan di kampung Sungai Besar Kabupaten Ketapang. Tetapi kemudian atas dasar kebijaksanan pemerintah Republik Indonesia bahwa pengumpulan jasad para pahlawan yang gugur di medan pertempuran perlu segera dilakukan dan disatukan dalam suatu tempat pemakaman yaitu Taman Makam Pahlawan. Dengan dasar inilah maka pada saat sekarang jenazah Rahadi Osman telah dipindahkan dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Tanjung Pura yang letaknya sekitar 5 kilometer dari kota Ketapang. Upacara pemakaman kembali kerangka jenazah tersebut berlangsung secara militer dan yang bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Gubernur Kalimantan Barat Parjoko.

Dengan meninggalnya Rahadi Osman, berarti kita telah kehilangan seorang tokoh muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi. Generasi muda diharapkan mampu mengikuti jejak perjuanganya dan dan menjadikannya suri tauladan. Sebagai bangsa yang besar, sudah sepantasnya kita menghargai jasa-jasa para pahlawan dan berterimakasih kepada mereka selaku pejuang bangsa

Pahlawan Nasional Kalimantan Barat

RADEN TUMENGGUNG ABDUL KADIR SETIA PAHLAWAN

Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 Masehi. Ayahnya bernama Oerip dan ibunya bernama Siti Safriyah. Ayah Abdul Kadir bekerja sebagai hulubalang atau pemimpin pasukan kerajaan Sintang. Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang pada saat usianya masih sangat muda. Selama mengabdi di kerajaan Sintang, ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia pernah mendapat tugas dari Raja Sintang untuk mengamankan kerajaan Sintang dari gangguan pengacau dan perampok. Tugas tersebut dapat dilaksanakannya dengan baik. Abdul Kadir kemudian diangkat menjadi pembantu ayahnya yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan kawasan Melawi. Setelah ayahnya wafat, pada tahun 1845, ia diangkat sebagai kepala pemerintahan Melawi menggantikan kedudukan ayahnya. Karena jabatannya itu Abdul Kadir mendapatkan gelar Raden Tumenggung yang diberikan oleh Raja Sintang.
Dalam perjuangannya, ia berhasil mempersatukan suku-suku Dayak dengan Melayu serta dapat mengembangkan potensi ekonomi daerah Melawi. Namun demikian, ia juga berjuang keras menghadapi ambisi Belanda-datang di Sintang pada tahun 1820-yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah Melawi. Dalam menghadapi Belanda, ia memakai strategi peran ganda, yaitu sebagai pejabat pemerintah Melawi ia tetap bersikap setia pada Raja Sintang yang berarti setia pula pada pemerintahan Belanda. Tetapi secara diam-diam ia juga menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan Belanda. Ia membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata di daerah Melawi dan sekitarnya untuk menghadapi pasukan Belanda.
Pada tahun 1866, Belanda memberikan hadiah uang dan gelar Setia Pahlawan kepada Abdul Kadir Raden Tumenggung agar sikapnya melunak dan mau bekerjasama dengan Belanda. Namun demikian Abdul Kadir tidak merubah sikap dan pendiriannya. Ia tetap melakukan persiapan untuk melawan pemerintahan Belanda. Pada akhirnya di daerah Melawi sering terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda yang dilakukan oleh pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung.
Pada tahun 1868, Belanda yang marah akibat sering mendapat gangguan keamanan kemudian melancarkan operasi militer ke daerah Melawi. Pertempuranpun tidak bisa dihindari antara pasukan Belanda melawan pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung. Dalam menghadapi Belanda, Abdul Kadir tidak memimpin pertempuran secara langsung, melainkan ia hanya mengatur strategi perlawanan. Sebagai kepala pemerintahan Melawi, ia bisa memperoleh berbagai informasi tentang rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda. Berkat informasi itulah, para pemimpin perlawanan dapat mengacaukan operasi militer Belanda.
Selama tujuh tahun (1868-1875) Abdul Kadir Raden Tumenggung berhasil menerapkan strategi peran ganda, namun akhirnya pemerintah Belanda mengetahuinya. Pada tahun 1875 ia ditangkap dan dipenjarakan di benteng Saka Dua milik Belanda di Nanga Pinoh. Tiga minggu kemudian ia meninggal dunia dalam usia 104 tahun. Jenasahnya dimakamkan di Natali Mangguk Liang daerah Melawi.
Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan adalah seorang tokoh pemberani. Tokoh pejuang yang mampu menghimpun serta menggerakkan rakyat untuk melawan Belanda. Pemikirannya untuk melawan penjajah Belanda menjadi contoh bagi perlawanan rakyat selanjutnya. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan menghadapi penjajah Belanda, maka pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999, pemerintah Indonesia menganugerahkan Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan sebagai Pahlawan Nasional.

Sumber :
Simanullang, Binsar., 2006, Seri Pengenalan Budaya Nusantara : Bumi Khatulistiwa, Jakarta : PT. Mediacita.

Damayanti, Desi., 2007, Mengenal Pahlawan Bangsa : Sejarah Perjuangan & Kisah-kisah Kehidupan Mereka, Jakarta: Pustaka Phoenix.

Puisiku

AYAHKU

ADALAH SOSOK LELAKI YANG SANGAT KUBANGGAKAN, MESKI TIDAK LUPUT DARI KELEMAHANNYA.
MENJALANI WAKTU TANPA LELAH
MENYONSONG TANGGUNG JAWAB TANPA MENJAWAB
TAK SUKA BERISIK WALAU GEMURUH BERHAMBURAN DARI ATAS LANGIT
MEMILIKI KEKUATAN TANPA BATAS DALAM PENGETAHUANKU
MEMBERI MOTIVASI DALAM NALURI
MESKI BENSUARA DALAM KEHENINGAN
SELALU TERSENYUM WALAU DALAM AMBISI
SELALU MEMBERI INSPIRASI DALAM KEPUSUTASAAN
KESABARAN YANG TAK KUMENGERTI
MEMBERI ARTI MAKNA HIDUPKU INI



Berada di satu gedung namun memiliki waktu sahur/buka yang berbeda-beda? Mungkin kamu hanya bisa merasakannya di gedung ini.

Khalifa Tower of Dubai atau Burj al-Khalifah di Dubai ini memiliki keunikan tersendiri. Selain merupakan bangunan tertinggi di dunia, di gedung ini waktu berbuka puasa dan sahurnya berbeda-beda sesuai dengan ukuran ketinggiannya.
Kementrian Urusan Islam dan Amal Sosial di Dubai mengatakan bahwa para penghuni gedung setinggi 829 meter ini untuk tidak berbuka atau sahur di waktu yang bersamaan.
Kementrian bahkan memberikan jadwal imsakiyyat khusus bagi penghuni Khalifa Tower. 
Di jadwal tersebut dijelaskan jika penghuni lantai 1-80 berbuka pada pukul 19.00 waktu setempat, maka penghuni lantai 81-150 akan berbuka dua menit kemudian (pukul 19.02), sedangkan penghuni lantai 151-160 berbuka tiga menit berikutnya (pukul 19.05).
Perbedaan waktu imsakiyyat di gedung ini sendiri disebabkan oleh jarak matahari ketika terbit dan tenggelam. Bagi tingkat paling bawah, matahari terbenam lebih awal, sementara bagi tingkat tertinggi lebih lambat lima menit.

kelebihan setan dari manusia

1. Pantang menyerah
 Setan gak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai..Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah mengeluh hobbynya

2. Selalu Berusaha
 
Setan akan mencari cara apapun untuk menggoda manusia dan agar tujuannya tercapai. selalu kreatif dan penuh ide. Sedangkan manusia inginnya enak nya aja, banyak yang malas.

3. Konsisten
 
Setan dari mulai diciptakan tetap konsisten pada pekerjaanya, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Sedangkan manusia, sobat infolabel.blogspot.com tau sendiri. banyak yang mengengluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih ngaggur.

4. Solider
 
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia, jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bunuh dan menyakiti, parah.

5. Jenius
 Setan itu paling pintar mencari cara agar manusia tergoda. Manusia banyak yang gak kreatif, banyaknya jadi peniru dan plagiat

6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. sedangkan manusia, apapun harus dibayar.

7. Suka berteman
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak. Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri sendiri dan egois.

8. Taat
 
Hanya Sujud/Menyembah Kepada Allah, Sejak diciptakan hingga sekarang, setan tidak pernah sujud kepada makhluk lain, selain kepada Allah. Karena itulah setan menolak ketika harus sujud kepada Adam. Beda dengan manusia, bisa sujud kepada Allah (sholat), bisa sujud kepada manusia (sungkem), bahkan adapula yg sujud kepada setan (penyembah berhala dsbnya).

9. Negosiator Ulung
 
Jago Negosiasi & Diplomasi (Cocok Jadi Pengacara/Caleg) Bayangkan, ketika tidak mau sujud kpd Adam, di saat itulah setan sudah dilaknat & diberikan hukuman masuk penjara (neraka) oleh Allah, tapi setan masih bisa bernegosiasi (bahkan berdiplomasi) agar hukumannya baru bisa dilaksanakan di akhir jaman alias pada saat hari pembalasan tiba,yang hari & tanggalnya entah kapan? Sampai sekarang pun belum ada yang tahu.Manusia? Sehebat-hebatnya pengacara, belum ada yg sanggup "ngulur" hukuman sampai di akhir jaman Jika Para koruptor baca ini, secepatnya sewa setan jd pengacara anda aja

10. Hidup Abadi 
Dengan diberikan kuasa utk menggoda manusia hingga akhir jaman utk mendapatkan teman di neraka, mk secara otomatis Setan pny umur pjg alias hidup abadi sampai kiamat. Manusia? Bisa ngelewatin umur 60thn ud syukur deh.

Cara Menyeimbangkan Otak Kiri dan Kanan

Kita cenderung lebih mementingkan analisis, logika, dan matematika serta jarang seta jarang sekali memerhatikan atau mengoptimalkan fungsi belahan otak kanan. Pada kenyataannya tidak lebih dari 10% mata pelajaran diajarkan di sekolah yang memakai fungsi belahan otak kanan, seperti kesenian dan musik.

Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika terhadap 311.207 orang dewasa menunjukkan hasil sebagai berikut:
Terbiasa menggunakan otak kiri sebanyak 44,2%
Terbiasa menggunakan otak secara seimbang 27,4%
Terbiasa menggunakan otak kanan sebanyak 28,3%
Agar otak dapat bekerja secara seimbang, ada beberapa latihan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah:
Latihan 1
Ned Hermann, seorang ahli dominasi otak, menyarankan jika kita seorang pemikir dengan otak kanan maka kita bisa melatih otak kiri dengan cara sebagai berikut:
 Pelajarilah cara kerja mesin yang sering kita gunakan
 Masukkan foto-foto kita pada album
 Usahakan tepat waktu setiap hari, aturlah pengeluaran pribadi kita
 Rangkailah rakitan model berdsarkan instruksi
 Bergabunglah dengan klub investasi
Atasilah masalah-masalah yang ada dan analisislah bagian-bagian utamanya
Jika kita adalah pemikir dominan otak kiri, maka kita bisa berusaha mengoptimalkan otak kanan dengan cara:
Usahakan untuk memahami perasaan binatang peiharaan kita
Temukan resep masakan dan praktikkanlah
Bermainlah dengan tanah liat dan temukan hakikatnya
Buatlah 500 foto tanpa menghawatirkan biayanya
Ciptakan logo pribadi
Kemudikan motor atau mobil ke mana saja tanpa merasa bersalah
Bermainlah dengan anak-anak dengan cara yang mereka inginkan
Sisihkan waktu jeda perasaan selama 10 menit setipa hari
Hidupkan musik yang disukai ketika kita ingin mendengarkannya
Ambillah “belokan” keliru dan telusurilah lingkungan yang baru
Latihan 2
Raymond Dart mengatakan bahwa kalau kita sering menggunakan dua anggota tubuh secara seimbang berarti kita telah menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan. Ia mengumukakan bahwa kordinasi dua sisi tubuh akan meningkatkan kesatuan dan keseimbangan penggunaan kedua belahan otak. Ini dapat dilakukan dengan latihan sederhana sbagai berikut:
Menyilang secara terbalik: bersedekaplah dan bersila dengan cara yang terbalik dari kebiasaan kita.
Gunakan tangan yang tidak sering kita gunakan
Menulislah dengan menggunakan tangan yang tidak biasa digunakan untuk menulis
Cobalah menulis atau menggambar dengan kedua tangan secara serempak
Cobalah menulis di depan cermin
Cobalah melakukan senam ringan dengan sentuhan silang
Latihan 3
Doug Hall dalam bukunya 3Metode Canggih Melejitkan Kreatiitas Bisnis memberikan saran-saran untuk memaksimalkan produktivitas otak kiri dan otak kanan, terkait denga penciptaan ide-ide kreatif.

Saran 1:
ungkapkanlah ide sesuai arah yang benar, jika Anda dominan otak kiri sebaiknya Anda tidak terlalu terkungkung ole hide-ide lama. Lalu susun rencana secara terperinci untuk merealisasikan ide tersebut. Lebih awal, ujilah ide tersebut bahwa ide-ide itu relative baru.
Jika Anda dominan otak kanan, sebaiknya Anda meulai usaha kreatif dari gambaran menyeluruh dan imajinasi liar. Ide-ide besa mugkin bermunculan, tetapi Anda harus melanjutkan dengan menjelaskan atau menulis secara terperinci cara menjalankan ide Anda.

Saran 2:
cara mengumpulkan stimulasi, untuk dominan otak kiri: kumpulkan stimulasi atau segala sesuatu yang merangsang kerja otak Anda terkait dengan masalah Anda. Untuk dominan otak kanan: kumpulkan stimulasi yang tidak ada hubungannya dengan masalah Anda.

Latihan 4
Menurut Tony Buzan, latihan berikut dapat menyeimbangkan kerja kedua belahan otak adalah beristirahat dan jalan-jalan.

Latihan 5
Ubahlah lingkungan kerja atau lingkungan belajar
Lingkungan eksternal, yakni segala ransangan yang datang dari luar tubuh kita, memengaruh perkembangan otak secara terus menerus. Lingkungan eksternal dapat berlangsung secaa fisik dan nonfisik.


Jumat, 19 Juli 2013

Studi Kasus

Denscombe (2007) menyatakan bahwa studi kasus fokus pada satu (atau beberapa) contoh dari fenomena tertentu dengan maksud untuk melakukan penelahaan mendalam tentang sebuah peristiwa, hubungan, pengalaman ataupun proses yang terjadi dalam kasus tersebut. Lebih lanjut lagi, Denscombe memaparkan lima karakteristik studi kasus yang antara lain : (1) Menyorot satu peristiwa, (2) Penelaahan mendalam, (3) Fokus kepada hubungan antar aspek kasus dan proses, (4) Setting alamiah, dan (5) Penggunaan beberapa sumber serta metode.
Sebagai satu metode yang digunakan untuk menelaah peristiwa secara mendalam, studi kasus memang haruslah menyorot satu peristiwa yang menjadi kajian utama. Karakteristik berikutnya adalah penelaahan mendalam.Ini merupakan ciri khas studi kasus secara umum.Pendalaman pemahaman penulis terhadap kasus merupakan instrumen kunci pada studi kasus.Berkaitan dengan karakteristik selanjutnya, penelahaan tersebut dapat dilakukan dengan mencoba memecah kasus kedalam beberapa aspek yang kemudian dicari kaitannya. Pemahaman penulis akan kronologis terjadinya kasus juga menentukan kedalaman studi yang dilakukan.
Setting alamiah merupakan karakteristik dari semua penulisan kualitatif. Ini berarti penulis tidak akan memanipulasi objek studi (kasus). Penulis hanya akan bertindak sebagai penonton tatkala kasus yang dipelajari sedang terjadi. Dan untuk memperkuat keabsahan data, karakteristik yang terakhir merupakan acuan utama yaitu adanya variasi dalam pemerolehan data.
Tidak semua fenomena dapat dikategorikan sebagai kasus. Louis Smith (dalam Denzin dan Lincoln: 2009) memberi definisi yang yang cukup jelas bagi sebuah kasus, yaitu “sistem yang terbatas” (a bounded system). Dalam ilmu-ilmu sosial dan layanan kemanusiaan, kasus memiliki bagian-bagian operasional, bisa jadi bertujuan dan bahkan memiliki jiwa. Kasus adalah sebuah sistem yang padu. Bagian-bagian tidak harus beroperasi dengan baik, tujuan bisa jadi irasional, namun itu tetaplah sebuah sistem.
Mengenai batasan sistem ini pun Denscombe menyatakan dengan jelas, bahwa studi kasus harus memiliki batasan pembeda yang jelas (distinct boundaries). Batasan tersebut sangat berguna untuk membedakan satu kasus dengan kasus yang lain. Batasan  tersebut juga berguna sebagai pembatas kajian suatu penulisan. Dengan memberikan batasan, maka penulis akan tertolong untuk menjaga penulisan agar tetap fokus.
Ardianto (2010) mendefinisikan studi kasus sebagai pendekatan dalam penulisan yang menelaah suatu kasus secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Definisi tersebut bermakna bahwa penulis studi kasus merupakan orang yang paham mengenai kasus yang sedang diteliti. Pemahaman mendalam mengenai kasus dapat diperoleh melalui berbagai sumber: media massa, individu yang telibat dalam kasus ataupun lembaga / organisasi.
Pembelajaran melalui media massa dapat dilakukan dengan memantau pemberitaan mengenai isu kasus. Penulis dapat membaca surat kabar –kemudian mengkliping ataupun membuka situs internet berita. Dari pemantauan tersebut penulis berupaya mempelajari kronologis terjadinya kasus serta berbagai aspek yang saling berkaitan.
Pemahaman mengenai kasus juga dapat diperoleh dengan berinteraksi secara intensif dengan orang-orang yang terlibat dalam suatu kasus. Apabila kasus tersebut melibatkan sebuah organisasi / lembaga, maka informasi mengenai kasus dapat diperoleh dengan mewawancarai karyawan.
Studi kasus dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu deskripsi, eksplorasi dan perbandingan (Denscombe: 2007). Jenis pertama hanyalah menggambarkan apa peristiwa apa saja yang terjadi pada saat suatu kasus berlangsung. Penjabaran kasus dapat dilakukan dengan menceritakan kronologis kasus; apa faktor pemicu, apa/siapa yang menjadi korban dalam kasus, kerugian apa yang diderita oleh lembaga/komunitas/individu serta apa yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Jenis kedua memaksa penulis untuk bekerja lebih keras lagi. Laporan penulisan yang dibuat diharapkan tidak hanya  menggambarkan kasus dari permukaan. Penulis harus menyelam lebih dalam lagi pada beberapa isu penting dalam kasus. Dalam penulisan ini, pendekatan eksplorasi ini coba penulis gunakan. Laporan penulisan yang dibuat diharapkan lebih dari sekedar menggambarkan kasus dari permukaan.
Jenis ketiga membutuhkan dua kasus serupa untuk diteliti. Misalnya saja untuk isu pemogokan karyawan. Selain pemogokan karyawan yang terjadi di Freeport penulis harus mencari kasus yang serupa. Misalnya saja kasus pemogokan Freeport dibandingkan dengan kasus pemogokan pada PT. Suzuki Indomobil Motor yang memiliki karakteristik sama, yaitu penuntutan kenaikan upah.
Lain lagi dengan Denzin dan Lincoln (2009) yang membagi studi kasus kedalam tiga jenis, yaitu:
1)      Studi kasus intrinsik. Jenis ini ditempuh oleh penulis yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau permasalahan tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.
2)      Studi kasus instrumental. Jenis ini digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Dalam hal ini, kasus tidak menjadi minat utama; kasus memainkan peranan suportif, yang memudahkan pemahaman kita tentang sesuatu yang lain. Dalam hal ini, kasus seringkali dicermati secara mendalam, konteksnya dikaji secara menyeluruh dan aktivitas kesehariannya diperinci. Suatu kasus  bisa dipandang sebagai sebuah gambaran tipikal bagi kasus-kasus lain. Pemilihan sebuah kasus lebih disebabkan karena hasrat kita untuk meningkatkan pemahaman tentang minat yang lain.
3)      Studi kasus kolektif. Jenis ini dapat dilakukan pada saat penulis lebih tertarik untuk mengkaji sejumlah kasus secara bersamaan agar fenomena, populasi atau kondisi umum dapat terbongkar.

Bahan Bacaan:
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Denscombe, Martin. A Good Research Guide : for Small Scale Social Research Projects. Edisi Ketiga. London : McGraw Hill
Denzin, Norman dan Lincoln, Yvonna. 2009. Handbook of Qualitative Reasearch. Yogyakarta : Pustaka Pelajar